Lintas Malam


*** Lintas malam**

"Kenapa ada gajah mesti menaiki tikus kecil? Bahkan gajah itu adalah Dewa Ganesha. Tidakkah Dewa itu tahu bahwa gajah seberat itu akan menggencet mati si tikus kecil? Sungguh tega sang gajah pada tikus kecil yang tak berdaya. Kenapa Dewa Ganesha seperti itu?"

Dengan lugu si kecil yang baru belajar agama menanyakan keanehan tak masuk akal yang baru dilihatnya. Maka dialog pun mengantar pengetahuan membagi dirinya.

"Nak, Dewa Ganesha itu adalah simbol dari Cahaya Kebijaksanaan dan tikus itu adalah simbol kecerdikan."

"Bagaimana Dewa Ganesha bisa disebut Cahaya Kebijaksanaan, Ayah?" Lanjutnya.

"Dewa itu bwrasal dari kata Div yang artinya cahaya atau sinar, nak. Sedangkan gajah itu adalah binatang yang mewakili simbol kebijaksanaan. Sehingga dengan wujud sebagai manusia berkepala gajah, Dewa Ganesha adalah simbol pikiran yang telah diterangi cahaya kebijaksanaan."

"Lalu kenapa mesti gajah dijadikan simbol kebijaksanaan?" Galinya kian penasaran.

"Begini Nak. Di masa lalu, kehidupan ini dibaca sebagai sastra tak tertulis yang menyimpan banyak pesan rahasia kehidupan. Para suci dulu suka memakai simbolisasi agar kita mau meneliti dan mengupas kulitnya agar mendapat isinya."

"Di alam liar, gajah itu adalah hewan besar yang waskita, karena mereka mampu mendengar dengan seksama memakai kedua telinganya.  Bahkan kedatangan awan mendung membawa hujan badai yang masih ada berkilo-kilo meter jauhnya pun sudah mereka ketahui. Karena itu mereka dianggap sebagai hewan peramal di alamnya."

"Mereka bisa mendengar gemericik air dengan telinga besar itu dan mencium aroma air dari kejauhan, atau yang ada di bawah lapisan tanah. Maka gajah-gajah bisa menggali sungai kering dengan gading mereka yang runcing, agar mendapatkan sumber air yang tersembunyi. Setelah mereka cukup mendapatkan air, maka sumur kecil itu mereka tinggalkan untuk tempat minum hewan-hewan lainnya. Mereka tidak hanya mementingkan diri sendiri dan kaumnya.  Inilah alasan mereka disebut bijaksana."

"Belalai mereka juga memiliki banyak fungsi. Selain untuk bernapas, juga untuk mengisap debu agar mereka bisa bermandi debu, atau mengangkat benda-benda berat. Bisa lemah lembut sekaligus kuat dan keras sesuai kebutuhan dan keadaan. Serupa itulah kebijaksanaan, Nak."

"Ada banyak lagi alasan gajah dijadikan simbol kebijaksanaan. Mereka selalu menjadi penjaga di kehidupan alam liar. Mereka merebahkan pohon-pohon besar tanpa sadar itu membantu tumbuhnya rumput untuk makanan para rusa dan pemakan rumput lainnya."

"Dan ketika ada anggota keluarga mereka mati, mereka akan melakukan ritual kematian yang penuh keharuan. Mereka menghormati kehidupan dan juga kematian."

"Wow..." si kecil terpukau mendengar kisah kehebatan sang gajah.

"Lalu kenapa tikus menjadi simbol kecerdikan?", lanjutnya.

"Wah, tikus itu juga luar biasa Nak. Mereka memang suka menggerogoti benda-benda, bukan hanya karena mereka adalah hewan pengerat. Itu karena mereka tahu bahwa taring dan gigi mereka akan terus tumbuh selama hidup.  Jika tidak menggerogoti benda keras, maka taring akan terua memanjang dan mereka tidak bisa memakan apa-apa lagi akibat mulut semakin menganga tersangga oleh taring panjang."

"Selain itu mereka sering mampu menemukan jalan keluar dari masalah-masalah hidup mereka.  Kalau terperangkap dalam alat jebakan, mereka bisa mengeluarkan aroma yang menandai perangkap itu sebagai benda membahayakan. Ini akan menyelamatkan teman atau keluarga mereka yang lainnya."

"Ada banyak sekali kecerdikan hewan kecil ini, Nak."

"Wow... hebat sekali keduanya." Si kecil kian terperangah..

"Lalu apa arti Dewa Ganesha menaiki tikus kecil itu, Ayah?" Kali ini pertanyaannya mendalam.

"Begini nak, pesan terpenting dari simbol Dewa Ganesha dalam wujud manusia berkepala gajah dan mengendarai tikus kecil adalah bahwa seorang manusia hendaknya memiliki pikiran yang diterangi cahaya kebijaksanaan, sehingga mampu mengendalikan kecerdikan akalnya.  Cahaya kebijaksanaan dalam diri sebaiknya lebih besar dari kecerdikan itu sendiri. Bila kecerdikan yang lebih besar dari kebijaksanaan, maka kecerdikan akal manusia bisa melakukan sesuatu yang jauh dari kebijaksanaan."
Si kecil mengangguk-angguk sembari memejamkan mata, mencoba meresapi percakapan panjang ini.
**Rahajeng nyanggra rerahinan sugihan jawa dan bali, semoga pikiran yg baik datang dr segala penjuru, semoga kesucian menyertai swadharma kita dlm hidup ini dan semoga semua makhluk hidup berbahagia*

Sumber: whatapp group

0 comentários:

My Instagram

E-mail: liridwan85@gmail.com | Phone: +62 812 387 011 47